BAGIAN DUAKami memasuki rumah. Kamar Ratih kelihatan gelap, lampunya tidak dinyalakan. Saya melihat sosok tubuh Ratih yang diam kaku, sama sekali tidak terusik dengan kehadiran kami. “Sakitkah dia?” fikir saya. Tetap dengan keadaannya yang diam kaku, pintu yang sedikit menganga kami buka lebar. Istriku bertanya “Kenapa kamu diam saja? Dari tadi kami panggil-panggil, kamu kenapa diam saja?” Tidak ada respon, Ratih tetap diam dengan sebagian rambut panjangnya menutupi muka. Muka Ratih nyaris tidak kelihatan, hanya dagunya saja yang kelihatan sangat pucat. Dia bangkit dan terduduk dengan memeluk sebelah kakinya di atas ranjang. Anak bayiku menangis...